
Dunia medis kembali diguncang. Pada awal 2025, dua perusahaan bioteknologi dari Korea Selatan dan Amerika Serikat secara resmi meluncurkan layanan modifikasi DNA manusia berbasis AI untuk penggunaan komersial. Layanan ini memungkinkan konsumen “memesan” perbaikan genetik untuk mencegah penyakit turunan, memperbaiki mutasi sel, bahkan meningkatkan respons imun bawaan.
Dengan menggunakan sistem AI dalam genetika manusia, perusahaan-perusahaan ini mengklaim dapat menyusun sekuens DNA optimal berdasarkan analisis genetik dan riwayat keluarga pasien dalam waktu kurang dari 24 jam. Teknologi yang dulu hanya ada dalam film fiksi ilmiah kini menjadi kenyataan—dan kontroversi pun tak terhindarkan.
Bagaimana AI dalam Genetika Manusia Bekerja?
Perusahaan pionir seperti GeneSysAI (AS) dan NeoGenomeTech (Korea Selatan) mengembangkan sistem berbasis deep learning untuk:
- Menganalisis genom lengkap pasien
- Membandingkan dengan database global penyakit bawaan
- Menyusun editing CRISPR berbasis probabilitas risiko
- Menjalankan simulasi efek genetik secara real-time
Menurut BBC Science, AI ini digunakan untuk memilih target genetik secara presisi tanpa merusak jalur DNA yang lain. Sebagai hasilnya, tingkat efek samping turun hingga 70% dibandingkan teknik editing manual【source†BBC Science】.
Selain itu, teknologi ini memungkinkan pendekatan personalisasi penuh terhadap genetika pasien. Di sisi lain, para ilmuwan melihat potensi besar dalam pencegahan penyakit bawaan.
Layanan Komersial: Apa yang Ditawarkan?
Mulai Mei 2025, layanan AI dalam genetika manusia sudah tersedia di 12 negara, termasuk AS, Jepang, Jerman, Singapura, dan Uni Emirat Arab. Klien dapat:
- Menjalani pemeriksaan genom lengkap
- Memilih layanan “perbaikan” genetik untuk:
- Talasemia
- Alzheimer dini
- Mutasi BRCA penyebab kanker
- Kelainan metabolik
- Mengakses rencana modifikasi genetik berbasis keluarga
- Berkonsultasi dengan AI-geneticist sebelum mengambil keputusan
NeoGenomeTech bahkan menawarkan modul peningkatan daya tahan tubuh dan pertumbuhan tulang. Dengan begitu, layanan ini perlahan mendekati ranah bio-enhancement.
Reaksi Dunia Medis dan Opini Etis
Sambutan dari dunia medis terbelah. Sebagian menyebut ini sebagai revolusi pencegahan penyakit. Namun, tak sedikit yang menyebut ini sebagai awal dari era rekayasa manusia.
“Kita sedang memasuki masa di mana keputusan tubuh manusia diambil oleh sistem yang tak bisa dipahami sepenuhnya,” ujar Dr. Angela Kwon dari WHO Bioethics Division.
Baca juga: Robot Dokter AI 2025 Resmi Lolos Uji Klinis di Inggris
Baca juga: Skandal Politik AI Guncang Pemilu Digital Eropa 2025
Kontroversi Global: Haruskah Manusia Diubah?
Teknologi ini menimbulkan pertanyaan mendalam:
- Siapa yang menentukan standar genetik yang “baik”?
- Apakah layanan ini hanya akan diakses kalangan elite?
- Bagaimana jika AI membuat kesalahan perhitungan?
Amnesty International memperingatkan bahwa layanan komersial ini bisa berkembang menjadi praktik eugenika berbasis algoritma—manusia diseleksi bukan oleh alam, tapi oleh kode program【source†Amnesty International】.
Selain itu, beberapa pakar menyebut kekhawatiran terhadap potensi disrupsi sosial jika masyarakat mulai membandingkan kualitas genetik secara terbuka.
Manfaat dan Peluang
Meski kontroversial, manfaatnya tak bisa diabaikan:
- Menghapus penyakit genetik dalam satu generasi
- Menurunkan risiko kanker keturunan hingga 80%
- Mengurangi biaya jangka panjang layanan kesehatan
- Meningkatkan kualitas hidup sejak lahir
Kemudian, dengan integrasi AI, waktu analisis genetik berkurang drastis dari 3 minggu menjadi 36 jam. Hal ini membuka peluang untuk deteksi dan intervensi lebih dini.
Negara Pendukung vs Penolak
Pendukung Teknologi:
Beberapa negara seperti Korea Selatan, Jepang, UEA, Swiss, dan Singapura melihat teknologi ini sebagai investasi masa depan untuk kesehatan nasional.
Pihak Penolak dan Ragu:
Sementara itu, Jerman dan Perancis hanya mengizinkannya untuk penyakit berat. Brasil dan Indonesia masih menunggu pembahasan etika nasional. Di sisi lain, Rusia secara tegas menolak karena menganggapnya sebagai proyek “elitisme genetik.”
Masa Depan AI dalam Genetika Manusia
Teknologi ini bukan akhir, melainkan permulaan. Para peneliti kini mengembangkan AI prediktif untuk risiko genetik terhadap respons vaksin, efek makanan terhadap DNA, dan bahkan potensi IQ turunan.
Namun, semua ini bergantung pada hukum, etika, dan pemahaman publik. Tanpa pengawasan ketat, kita mungkin menciptakan dunia baru yang tidak setara—secara biologis.
Kesimpulan
AI dalam genetika manusia membawa dunia pada persimpangan jalan: antara penyembuhan dan desain. Bila dikelola secara adil dan etis, teknologi ini bisa menjadi penyelamat umat manusia dari penyakit keturunan yang selama ini tak terhindarkan. Namun jika dibiarkan tanpa batas, kita bisa tergelincir ke masa depan di mana manusia tidak lagi dilahirkan, tetapi dikurasi.
Ke depan, keputusan bukan hanya soal bisa atau tidak bisa—tetapi tentang seberapa jauh kita ingin mengambil kendali atas takdir biologis kita sendiri.